Kamis, 11 Agustus 2016

Pahlawan Tak Kasat Mata

Mungkin pernah terdengar suatu kalimat pepatah yang bunyinya orang yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya. Pertanyaannya apakah pepatah tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini? Dimana semua orang cenderung individualistis dan apatis karena kemajuan teknologi mungkin pepatah itu kurang terasa maknanya.

Dari sudut pandang saya sendiri yang juga cenderung masuk kategori apatis cenderung skeptis malah, pepatah itu seperti suatu racun yang berbahaya. Hal ini karena terdapat kalimat bermanfaat bagi sesamanya yang menurut saya seram artinya.

Bermanfaat bagi orang itu seperti mengorbankan seluruh jiwa raga demi sesuatu yang saya tidak tahu apakah itu berguna apa tidak bagi kehidupan seseorang yang berkorban tersebut. Hal itu tak lepas dari kehidupan masyarakat yang cenderung tak peduli bahwa adanya sosok-sosok yang bermanfaat itu.

Tapi tetap saja saya salut pada mereka yang masih mau rela untuk mengabdikan hidupnya demi bermanfaat bagi orang lain meskipun terkadang dipandang sebelah mata. Terima kasih untuk tukang sapu jalanan, pedagang kaki lima, supir angkutan, tukang parkir, tukang gali kubur, dll, you're the real heroes.

Kamis, 21 April 2016

Teman

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kita tidak bisa makan nasi bila tidak ada petani, kita tidak bisa baca buku pelajaran bila tidak ada yang nulis, dan kita tak akan bisa minum susu bila tidak ada yang ternak sapi. Itu semua adalah bentuk interaksi sosial tidak langsung menurut saya namun tetap sama-sama membutuhkan satu sama lain.

Sementara itu interaksi sosial yang langsung contohnya adalah yang terjadi saat kita bersekolah. Teman adalah hal yang penting, mulai dari SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Mereka adalah bagian dari perjalanan kita membentuk karakter diri dan tumbuh dewasa. Tidak semuanya dari mereka baik. Ada beberapa dari mereka yang memang diciptakan untuk menguji mental, emosi, dan keimanan kita.

Berbicara soal teman yang buruk memang ada beberapa tipe. Tapi setelah hidup 20 tahun lebih ada satu tipe yang paling buruk menurut saya yaitu tipe yang tak pernah menghargai kita seberapapun kita berusaha untuk baik kepada mereka. Berurusan dengan mereka hanyalah membuang-buang energi. Masih banyak teman yang mau menerima kita apa adanya dan memberi kita saran dan kritik yang baik untuk membantu tumbuh dewasa sebaik mungkin.

Saya menulis ini bukan berarti saya sudah menjadi teman yang baik, masih banyak hal-hal buruk yang saya lakukan pada teman saya dan masih banyak perbuatan yang harus diperbaiki lagi. Bagi yang punya teman, saya harap kawan menjaga baik-baik hubungan dengan mereka. Semangat pagi!

Kamis, 27 Agustus 2015

Kesederhaan

Setelah dipikir-pikir mungkin saat ini kebanyakan orang termasuk saya mempunyai pola pikir yang sederhana saja dalam menjalani hidup. Seperti misalnya setelah saya tanya beberapa orang tentang rencana setelah kuliah kebanyakan orang menjawab kerja-punya rumah sendiri-menikah-punya anak dua-naik haji. Tidak salah dan memang sah-sah saja.

Dalam mencintai seseorang juga, semakin tambah usia, apalagi setelah kuliah dan memulai untuk bekerja, kriteria yang kita tetapkan untuk pendamping hidup juga semakin sederhana dan mulai meninggalkan hal-hal yang sifatnya nampak seperti kecantikan, langsing atau tidaknya, punya lesung pipi atau tidak. Hal-hal itu beralih menjadi bagaimana kepribadian dia, apakah kelak akan jadi ibu yang baik untuk anak-anak kita atau tidak, apakah mau ikut susah atau tidak dan sebagainya.

Pada akhirnya kita akan kembali pada kesederhaan menurut saya. Semakin matangnya usia seseorang juga membuat orang itu pasti suatu saat akan kembali menghargai dirinya sendiri. Berhenti untuk mengikuti trend, membandingkan diri dengan orang lain, mengutuki diri terus-menerus, merasa gagal. Suatu saat kita akan lelah untuk itu semua dan akhirnya akan bergerak dan berjalan untuk kebaikan diri dan mengembangkan diri jadi lebih baik lagi.

Selasa, 18 Agustus 2015

Merdeka

Dirgahayu negeriku yang ke 70 semoga selalu jaya, semakin adil, dan semakin sejahtera rakyatnya. 70 tahun sudah bangsa kita terbebas dari cengkraman para penjajah. Para pejuang, nenek moyang kita telah berkorban tenaga, pikiran dan nyawa demi kebebasan bangsa ini.

Namun setelah 70 tahun merdeka, apakah bangsa ini benar-benar merdeka? Adil? Mandiri? Rakyatnya sejahtera? Menurut saya pribadi masih belum. Tapi harus diakui selama beberapa tahun berganti-ganti presiden pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya semakin ke arah yang positif.

Banyak hal mengapa negara ini masih belum sepenuhnya merdeka. Walaupun pendapatan perkapita semakin tinggi tapi mental masyarakat masih mental terjajah. Terutama dari sisi pemerintah. Birokrasi yang rumit dan masih banyaknya KKN di kalangan pemerintahan menjadi tugas pemerintah dan kita masyarakat untuk terus membasminya.

Namun yang ingin saya bahas adalah tentang inovasi. Masih teringat kita tentang proyek mobil nasional yang beberapa waktu lalu seperti sebuah cahaya baru bagi negeri ini, namun pada akhirnya masih belum jelas bagaimana kelanjutannya.

Banyak sebenarnya pemuda-pemudi bangsa yang menjadi penemu, peneliti, dan inovator yang berhasil di luar negeri, tapi yang saya dan mungkin masyarakat banyak pertanyakan adalah mengapa hal itu tidak dimanfaatkan. Kita mungkin bisa menjadi negara seperti Jepang dan Korea Selatan bila kita lebih serius menerapkan hasil penelitian para anak-anak bangsa yang unggul tadi di negeri kita sendiri.

Pada akhirnya semuanya kembali pada peran pemerintah untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Bila pemerintah memutuskan, masyarakat pasti akan mendukungya. Hanya saja, korupsi masih menjadi akar masalah. Sebenarnya kita bisa kalau kita mau. Tekad dan kemauan keras yang diperlukan untuk menjadi merdeka sepenuhnya, berdiri sebenar-benarnya di atas kaki kita sendiri.

Forza Indonesia
Merdeka dan Jayalah selama-lamanya Indonesia

Selasa, 11 Agustus 2015

Reality

Teman, teman dekat, atau sahabat. Istilah yang saat remaja maupun masa kecil sudah biasa kita dengar dan merasa sudah memahami arti dari istilah tersebut. Masa-masa remaja dan masa kecil yang masih polos dimana banyak hal tidak terlalu kita pikirkan secara mendalam, sungguh masa yang menyenangkan hidup tanpa beban seperti itu.

Namun semakin bertambahnya umur seseorang ternyata membuat orang itu semakin berpikir dan membedakan mana sesuatu yang real atau semata hanya fatamorgana. Kita semakin membutuhkan sesuatu yang mempunyai dampak, yang bisa kita rasakan keberadaannya bukan hanya sekedar istilah semata.

Seperti teman, semakin dewasa dimana kita jadi bisa membedakan mana yang teman sebenarnya, teman kondisional, atau teman numpang lewat dalam hidup. Eliminasi kita lakukan, meninggalkan teman yang hanya bisa menyakiti dan melecehkan. Dan mempertahankan sekuat tenaga teman yang menghargai dan menerima apa adanya diri.

Mungkin ini yang menyebabkan banyak orang bilang kehidupan orang dewasa itu sepi. Karena hanya segelintir saja teman yang mau menerima kita apa adanya. Dan karena sudah bisa memilih kita akan meninggalkan hal-hal menyakitkan itu dibelakang. Umur kita akan melewati masa remaja itu, jadi persiapkan mulai sekarang. Jagalah hubungan dengan orang yang bisa menghargaimu terutama orang tua, keluarga. Sebelum kaget akan masa dewasa yang akan datang. Semangat Pagi.

Rabu, 29 April 2015

Sejatinya Diri?

Waktu mungkin tak bisa diputar, dan masa lalu, sekeras apapun upaya untuk menghilangkannya, masih akan berbekas. Untuk mereka yang merasa dirinya tak tertolong lagi, masa depan adalah suatu kekhawatiran karena ketidakmampuan untuk menemukan jati diri. Mungkin di masa depan nanti mereka akan bekerja, sukses, menikah, dan banyak rezeki. Tapi kerisauan yang dimaksud adalah mereka belum bisa menemukan diri mereka yang mereka sukai. Penyesalan yang mungkin nanti disesali adalah jati diri mereka yang hambar, hanya terdiri dari hitam-putih, dan kurang mempunyai makna.

Masa depan masihlah suatu misteri, yang kita pun tidak tahu rencana Tuhan macam apa yang akan kita temui untuk diri kita. Untuk itu biarlah Dia yang ngatur jadi tidak perlu dirisaukan. Tapi satu hal yang pasti, apa yang kita lakukan hari ini akan kita tuai hasilnya di hari kemudian. Dan bagi yang ingin menemukan jati diri mereka di hari kedepannya adalah mungkin tergantung seperti apa kita memaknai hidup kita hari ini.  Bagian mana yang disukai, benci, apa yang harus dikurangi dan diperbaiki, serta bagian mana dari hidup kita ini saat kita melakukannya membuat kita paling bahagia itu yang terpenting.

Mungkin sepertinya tulisan ini bermakna pada awalnya, tapi sebenarnya tidak. Hal ini adalah hasil dari imajinasi liar penulis yang masih berusaha memulai untuk lebih memaknai hidup, jadi tidak ada hari yang terlewati begitu saja tanpa makna.

Senin, 27 April 2015

Bel Sepeda

Ketika gemerincing bel sepeda yang lewat didepanku smakin jauh dan hilang
memori akan suara indah itu takkan hilang begitu saja

Walaupun hari-hari kedepan kulewati tanpa suara kliningan sepeda itu
ingatan akan suara indah itu sudah cukup untuk mengobati rindu

Sampai nanti suara yang baru mungkin klakson mobil ataupun deru kereta api mengganti
tetaplah suara kliningan sepeda slalu punya arti